Ada
beberapa skenario kiamat yang disusun oleh para ilmuwan di berbagai
bidang berdasarkan data-data empiris dan ilmiah sesuai dengan bidang
mereka masing-masing. Meskipun kebanyakan data empiris dan ilmiah yang
dihimpun oleh para ilmuwan tidak memberikan tanggal pasti kapan
kiamat—atau setidaknya bencana global tersebut tiba.
Banyak
ilmuwan yang memberikan kesimpulan bahwa bencana global kemungkinan
besar akan terjadi pada akhir tahun 2012, seperti yang dijelaskan oleh
Lawrence E. Joseph, penulis keturunan Yahudi berkebangsaan Amerika
Serikat, dalam buku “Kiamat 2012” (Apocalypse 2012).
Dari
beberapa skenario kiamat yang ditawarkan oleh para ilmuwan termasuk
Lawrence E. Joseph, maka dapat diambil dua kategori besar skenario
kiamat, yaitu kiamat yang berasal dari bumi dan kiamat yang berasal dari
angkasa, terlepas dari benar-tidaknya kesimpulan bahwa 2012 merupakan
hari kiamat—atau setidaknya tanda awal kiamat sebelum tanda-tanda besar
lainnya muncul.
Skenario
pertama tentang kiamat rupa-rupanya disebabkan oleh aktivitas bumi yang
berlebihan dan, atau menunjukkan sebuah anomali yang tidak lagi terjadi
sejak 10.000 tahun lalu.
Anda
pernah mendengar tentang taman nasional Yellowstone, Amerika Serikat?
Taman nasional Yellowstone terkenal memiliki geyser bernama Old
Faithful, yang mampu menyemburkan lebih dari 3.000 liter air dalam waktu
kurang dari sepuluh detik. Geyser tersebut rupanya tidak hanya menjadi
pusat perhatian para wisatawan yang berkunjung ke taman nasional
tersebut, tapi juga para ahli vulkanologi dan geologi yang menyatakan
bahwa taman nasional Yellowstone merupakan sebuah gunung berapi raksasa
yang berpotensi meletus.
Yakinlah,
Anda tidak salah membaca dan saya juga tidak salah mengetik. Anda
mungkin bertanya, jika memang taman nasional itu sebuah gunung berapi
lalu di mana letak kerucutnya, puncaknya dan kawahnya? Ketika banyak
orang menyaksikan keindahan geyser di taman nasional tersebut, mereka
sebenarnya tidak sadar bahwa mereka sedang berada di tengah kawah gunung
berapi raksasa. Begitu besar diameter kawah Yellowstone, sampai-sampai
kita harus terbang untuk melihat kawah taman nasional tersebut secara
keseluruhan.
Sekarang,
banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa taman nasional tersebut merupakan
sebuah gunung berapi raksasa yang siap meletus. Kenyataan bahwa
Yellowstone kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanis merupakan
sebuah anomali yang patut disambut dengan sikap waspada.
J.
Tuzo Wilson, seorang ahli geofisika Kanada, yang terkenal dengan
teorinya tentang lempeng tektonik, pernah menjelaskan bahwa sebenarnya
Yellowstone terletak dalam sebuah ujung barisan gunung api yang
tertidur. (Ilmu Pengetahuan Populer, 1999, 2: 228).
Pernyataan
Wilson dan kebanyakan ahli geologi lainnya memberikan kita sebuah
pemahaman bahwa para ahli geologi telah menyadari bahwa Yellowstone
merupakan sebuah gunung berapi yang pernah meletus dan kini menunggu
untuk meletus lagi. Bahkan geyser yang menjadi ciri khas taman nasional
itu membuktikan bahwa ada sebuah dapur magma aktif.
Kini
mungkin saja Yellostone akan menunggu sebuah saat yang tepat sebelum
bangun dari tidurnya yang panjang. Jika Yellowstone meletus maka dapat
dipastikan bahwa seluruh dunia akan merasakan dampaknya, Amerika Serikat
akan luluh-lantak, kemudian disusul kawasan Pasifik dan Atlantik.
Kawasan Eurasia, Afrika dan Australia akan tertutup abu, udara menjadi
beracun, dan matahari tidak akan pernah terbit selama sekitar sepuluh
tahun—bumi akan kembali pada jaman es.
Itu baru Yellostone, belum aktivitas gunung api aktif lainnya misal di Indonesia, Anaka Krakatau, Toba, dll
Magnetosfer Bumi (Sabuk Van Allen) Melemah
Anomali
selanjutnya ditunjukkan oleh semakin melemahnya kekuatan magnetosfer
bumi. Secara sederhana magnetosfer bumi merupakan sebuah lapisan medan
magnet bumi yang bertugas melindungi bumi dan semua penghuninya dari
radiasi matahari. Magnetosfer bumi juga memengaruhi pola dan ara
pergerakan migrasi spesies hewan tertentu seperti burung camar hingga
ikan paus. Tanpa magnetosfer maka bumi akan menjadi sebuah planet tandus
yang terus menerus dihujani radiasi matahari. Tanpa magnetosfer, Anda
tidak akan dapat keluar rumah tanpa menggunakan pakaian anti radiasi,
layaknya pekerja rekator nuklir, atau kulit Anda akan terbakar radiasi
dalam waktu kurang dari lima detik.
Franklin
M. Branley menjelaskan bahwa sabuk Van Allen, diambil dari nama
seoarang anstronom Amerika Serikat, James Van Allen, bertugas melindungi
bumi dari radiasi matahari. Sabuk tersebut membentang mulai ketinggian
640 km hingga ketinggian 40.000 km. (Ilmu Pengetahuan Populer, 1999, 1:
104).
Anomali
dalam magnetosfer rupanya ditunjukkan dengan semakin melemahnya
kekuatan magnetosfer bumi jika dibandingkan 200 tahun lalu. Kini
magnetosfer bumi bahkan mengalami sebuah keretakan sepanjang 160.000
kilometer di atas Atlantik, para ilmuwan ahli geologi menyebutnya
sebagai anomali Atlantik Selatan. (Joseph, 2008: 65).
Keretakan
magnetosfer bumi, menjadi tanda awal dari lenyapnya kekuatan
magnetosfer, rupanya membawa dampak serius bagi semua penghuninya,
temasuk manusia. Karena lapisan medan magnet bumi tidak hanya berfungsi
sebagai perisai anti radiasi, namun juga sebagai sebuah mekanisme yang
menjaga kestabilan bumi dan keseimbangan biosfer.
Tanpa
medan magnet bumi, maka ekosistem bumi menjadi terganggu. Hewan-hewan
yang menggunakan medan magnet sebagai penunjuk arah akan kehilangan
kemampuan navigasi. Spesies yang kehilangan kemampuan navigasi jelas
akan berpotensi menuju kepunahan. Hilangnya salah satu bagian penting
dalam biosfer tentu akan disusul hilangnya bagian lain dalam biosfer,
sehingga keseimbangan biosfer yang rapuh akan hancur berantakan.
Semua
itu hanya disebabkan oleh hilangnya magnetosfer, yang keberadaannya
sering tidak kita sadari. Lenyapnya magnetosfer juga membuat permukaan
bumi akan segera terbakar radiasi matahari yang sangat hebat, dan dengan
segera membuat permukaan bumi akan hangus terbakar.
Lalu
apa yang membuat kekuatan magnetosfer semakin melemah? Inilah
pertanyaan mendasar yang mungkin muncul di pikiran Anda. Para ilmuwan
yakin inti bumi berupa logam cair dengan panas mencapai sekitar 3.900
derajat celcius. Rotasi inti cair bumi itu membuat sebuah efek medan
magnet bumi yang mampu membuat jarum kompas menunjukkan arah
utara-selatan.(Sagan dan Leonard, 1982: 36) Sayangnya, semakin lama
rotasi inti bumi tersebut semakin lambat, dan tidak mustahil akan
berhenti, yang mengakibatkan semakin lemahnya kekuatan magnetosfer.
Singkat kata, lenyapnya kekuatan magnetosfer membuat bumi berada dalam
kekacauan dan kiamat.
Badai Matahari
Skenario
kedua tentang kiamat datang dari kegelapan angkasa raya. Matahari yang
kita kenal sebagai sumber energi primer bumi, rupanya tidak selamanya
memberikan kebaikannya kepada semua anggota tata surya. Berulang-kali
kekuatan matahari yang sedemikian besar hampir menewaskan semua
kahidupan bumi dengan serangan radiasi matahari, hingga pengaruhnya
terhadap aktivitas badai yang berlebihan pada lima tahun terakhir.
Radiasi
matahari merupakan sebuah bentuk ledakan yang diakibatkan oleh
perubahan medan magnet matahari. Saya sendiri tidak begitu mengerti
tentang bagaimana terjadinya dan mengapa radiasi matahari terbentuk dan
bagaimana reaksi dari bintik matahari dengan pancaran radiasi yang
sangat berbahaya. Namun, yang jelas, radiasi matahari mempu mencapai dan
terlepas menuju tata surya, termasuk bumi.
Beruntung,
bumi memiliki magnetosfer yang menahan kekuatan radiasi tersebut, namun
terkadang kekuatan radiasi yang begitu besar mampu membuat aktivitas
listrik di seluruh dunia menjadi terganggu.
Seringkali
aktivitas matahari yang berlebihan mampu membuat listrik di kota-kota
besar di dunia menjadi padam hingga terjadinya gangguan pada gelombang
radio. Pada dunia modern di mana listrik menjadi sebuah kekuatan yang
tidak terpisahkan, padamnya arus listrik akan membuah semua kegiatan dan
teknologi modern lumpuh seketika.
Kini
banyak ilmuwan mulai menemukan bertumpuk-tumpuk bukti baru bahwa
aktivitas matahari yang berlebihan menjadi salah satu penyebab
meningkatnya aktivitas badai. Jika memang ada hubungan antara aktivitas
matahari dengan tingginya aktivitas badai, maka banyak ilmuwan yang
memperkirakan bahwa tahun 2012 aktivitas badai di seluruh dunia akan
mengingkat pesat, akibat tingginya aktivitas matahari saat itu.
Aktivitas
matahari pada tahun 2012 yang mengingkat pesat rupanya sesuai dengan
daur aktivitas matahari, yang kini telah banyak dijelaskan oleh para
ilmuwan.
Tumbukan Komet Dan Asteroid
Anomali
yang berasal dari angkasa tidak hanya terbatas pada pengaruh dan
aktivitas matahari semata, tapi juga pada aktivitas dan perilaku seluruh
tata surya terhadap gerakan galaksi.
Lawrence
E. Joseph menjelaskan bahwa kini tatasurya sedang berada dalam sebuah
awan energi galaksi bima sakti, yang terdiri dari wilayah bermedan
magnet tinggi yang menyebabkan seluruh tata surya menghasilkan gelombang
kejut yang akan mempengaruhi semua anggota tata surya. (Joseph, 2008:
152-153)
Sebelum
membahas efek guncangan terhadap tata surya, ada baiknya kita mengamati
aktivitas dan potensi bencana yang berasal dari anggota tata surya yang
lain. Para ilmuwan khawatir ada sebuah bencana tersembunyi yang berasal
dari tepi tata surya, potensi bencana tersebut berasal dari pusat
penyimpanan komet di Awan Oort, asteroid di Sabuk Kuiper, dan sabuk
asteroid pada jalur Mars dan Jupiter. Jika kita mengambil Pluto sebagai
awal pembagian, maka akan mendapatkan bentuk pembagian seperti ini,
Pluto, Sabuk Kuiper, dan Awan Oort.
Singkatnya
awan tersebut berada pada bagian paling tepi di tata surya Awan Oort,
diberi nama sesuai penemunya yaitu Jan Hendrik Oort, merupakan sebuah
awan besar yang mengandung sekitar seratus milyar inti komet yang
terentang hingga jarak lima belas trilyun kilometer, dari sinilah semua
komet yang kita kenal dilahirkan. Awan tersebut mengandung inti komet
dengan diameter yang beragam mulai dari satu kilometer hingga lebih dari
delapan puluh kilometer. (Sagan dan Leonard, 1984: 174)
Pada
tahun 1950-an, Astronom Amerika Serikat bernama F. L. Whipple,
menjajukan pendaptnya banwa sebenarnya komet hanya terdiri dari es dan
gas-gas beku lain layaknya bola salju yang kotor. (Encyclopedia
Americana, 1991, 2: 365-369). Tapi, kini, banyak ahli astronomi sepakat
bahwa “markas” komet di Awan Oort merupakan induk dari komet pembunuh.
Sedikit saja gerakan salah dari gaya gravitasi bintang, atau efek
lainnya, akan melepaskan komet dari induknya. Salah satu bukti kuat dari
tabrakan komet pembunuh terekam dengan jelas di permukaan Jupiter.
Tahun
1994, sebuah komet pembunuh bernama Shoemaker-Levy 9 menabrak Jupiter
hingga membuat sebuah luka sebesar bumi di planet tersebut.
Baru-baru
ini saya sempat berkunjung ke PP Iptek, di Taman Mini, Jakarta. Ketika
berkeliling saya sempat melihat sebuah poster yang dipasang memanjang
dari atas ke bawah berjudul, “Teleskop Hubble Menangkap Bencana”.
Terus
terang saya kaget tetkala melihat ada foto yang menampakkan akibat
benturan komet Shoemaker-Levy 9 di Jupiter. Pada gambar tersebut
terlibat dua noda merah kecil yang melukai planet terbesar itu, kita
melihat noda merah itu tampak kecil karena dibandingkan dengan ukuran
planet tersebut, tetapi apabila dibandingkan dengan bumi, maka noda
bekas benturan itu akan nampak sama besar. Secara gampang, apabila ada
komet pembunuh sebesar Shoemaker-Levy 9 benar-benar menabrak bumi, maka
dapat dipastikan bumi akan binasa, dan semua bentuk kehidupan yang kita
kenal akan musnah.
Ancaman
terhadap bumi tidak hanya berasal dari Awan Oort, tapi juga dapat
berasal dari Sabuk Kuiper, hingga jalur asteroid Mars-Jupiter. Sabuk
Kuiper dikenal sebagai lintasan asteroid-asteroid besar yang mungkin
memiliki potensi sama mematikannya dengan komet dari awan Oort.
Apabila
Pluto, Sedna hingga TRM 11-RM 2 dikeluarkan dari definisi planet
menjadi asteroid, maka Pluto Sedna hingga TRM 11-RM 2 merupakan asteroid
yang sangat besar. Kita tahu Pluto memiliki ukuran sebesar bulan,
sehingga Anda pasti bisa membayangkan akibatnya, jika Pluto menghajar
bumi. Lintasan asteroid Mars-Jupiter tampaknya juga menyimpan potensi
bencana serupa, seperti halnya sepupunya yang berada di tepi tata surya.
Tahun
1925, Jan Hendrik Oort menerbitkan sebuah teori tentang rotasi galaksi
berdasarkan bukti-bukti dari observasi yang telah dilakukannya. Oort
memperhitungkan jarak matahari dari pusat galaksi sebagai tolak ukur
untuk mengekur rotasi galaksi dan kecepatan orbitnya. (Encyclopedia
Americana, 1991, 17: 757). Dengan kata lain, matahari dan seluruh tata
surya juga melakukan sebuah revolusi dengan mengorbit pada pusat galaksi
bima sakti.
Para
ilmuwan dari abad sembilan belas mungkin beranggapan bahwa tatasurya
merupakan sebuatu bentuk statis yang diam pada tempanya. Mereka tidak
mengerti bahwa matahari sebenarnya melakukan revolusi sebagaimana yang
dilakukan planet terhadap matahari. Dengan begitu, revolusi galaksi bima
sakti, bisa jadi berakibat pada revolusi matahari dan seluruh tata
surya. Celakanya, revolusi tata surya kini sedang melewati awan energi
di galaksi bima sakti yang menyebabkan terjadinya guncangan terhadap
tata surya, layaknya pesawat yang terbang melintasi cuaca buruk.
Guncangan energi, akibat awan energi sungguh berakibat buruk bagi tata
surya, dapat memicu hujan komet pembunuh yang berasal dari Awan Oort dan
Sabuk Kuiper. Jika itu terjadi maka dapat dipastikan bumi dan
planet-planet yang lain akan merasakan bencana akibat hujan komet,
dengan dampak yang berbeda-beda.
Dari
beragam anomali diatas, kita dapat merangkai perkiraan bagaimana
kejadian dari kiamat 2012—jika hal itu benar-benar terjadi.
Pertama,
aktivitas matahari yang meningkat pesat pada tahun tersebut, memicu
munculnya aktivitas badai yang berlebihan di seluruh dunia, lebih-lebih
radiasi matahari kelak akan semakin mudah menembus magnetosfer bumi,
akibat semakin lemahnya kekuatan megnetosfer. Sementara itu, perjalanan
tata surya melalui awan energi akan menyebabkan guncangan pada seluruh
tata surya. Akibatnya tata surya akan semakin panas, guncangan tersebut
juga akan memicu hujan komet pembunuh dari wilayah Awan Oort dan Sabuk
Kuiper.
Apabila
salah komet pembunuh menabrak bumi, maka dapat dipastikan akan terjadi
bencana besar yang akan menghancurkan seluruh kehidupan di bumi, para
ilmuwan menyebut komet pembunuh sebagai global killer.
Andaikata
bumi masih bisa bertahan, baberapa makhluk hidup yang selamat dari
benturan komet akan menghadapi bahaya lainnya yaitu letusan beberapa
gunung berapi super di Yellowstone, Amerika Serikat, hingga Toba,
Indonesia. Sebab benturan komet yang dasyat akan memicu matangnya
aktivitas vulkanisme di seluruh dunia, termasuk gunung berapi super.
Efek ledakan gunung berapi super akan mempenganruhi seluruh dunia, abu
hasil erupsi menutupi seluruh bumi selama sekitar sepuluh tahun,
atmosfer menjadi sangat beracun, dan matahari tidak akan terbit selama
masa tersebut. Bumi akan musnah dan kehidupan bumi akan sekarat, saat
bencana tersebut berakhir maka bumi menghadapi musim dingin nuklir. Saat
itu, semua penduduk bumi akan merasakan kepunahan masal seperti yang
terjadi 65 juta tahun lalu.
Hal
diatas hanyalah sebuah perkiraan dan prediksi para ilmuwan berdasarkan
data ilmiah yang mereka peroleh. Memang benar, tidak ada satupun jaminan
yang mampu menjamin kiamat akan datang pada tahun 2012, sebagaimana
tidak ada satu jaminan bahwa kiamat tidak akan tiba pada tahun itu.
Kiamat
merupakan rahasia Tuhan yang paling gelap, sehingga tidak seorangpun
yang mampu meramalkan kedatangannya. Namun demikian sungguh beruntunglah
bagi siapapun yang telah mempersiapkan kedatangan hari kiamat tersebut,
dengan bekal iman dan taqwa. Allahualam. (Repost from