Materi 1
Pengembangan Bioindustri
Berbasis Bioekonomi
Agus Masduki, Peneliti
P3TB-BPPT
INDONESIA sebagai salah satu negara megabiodiversity memiliki sumber bahan baku
terbarukan yang besar, baik dalam jumlah maupun jenisnya. Potensi inilah yang
perlu dikembangkan dengan memanfaatkan bahan baku terbarukan tersebut menjadi
produk-produk baru yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi, terutama dari segi
harga dan nilai kompetitifnya.
Sejumlah industri berbasis bioteknologi konvensional yang memanfaatkan bahan
baku terbarukan di Indonesia telah berkembang. Permasalahannya adalah daya
saingnya masih perlu ditingkatkan lagi melalui penerapan teknologi yang lebih
tepat dan efisien. Beberapa industri berbasis bioteknologi modern dengan
memanfaatkan teknologi rekombinan mulai dikembangkan berdasarkan lisensi
(misalnya: industri vaksin). Untuk selanjutnya masih perlu dikembangkan lagi
industri yang berbasis bioteknologi modern ini untuk memanfaatkan potensi
sumber
bahan baku terbarukan yang ada.
Bioindustri
Bioindusti merupakan suatu bisnis manufaktur yang menghasilkan suatu produk
dan/atau proses dengan memanfaatkan bahan baku biologis. Ruang lingkup kajian
dalam bioindustri sudah mencakup pemanfaatan secara ekonomis produk samping dan
limbah yang dihasilkan, sehingga mau tidak mau produk dan proses yang
ditawarkan
harus ramah lingkungan.
Sejumlah bioindustri yang telah berkembang di Indonesia masih banyak yang
memerlukan pembenahan. Tidak hanya faktor keuntungan saja yang menjadi fokus
utama, tetapi nilai kelestarian lingkungan sudah harus dimasukkan menjadi
faktor
pertimbangan utama. Kelestarian lingkungan dapat diwujudkan melalui penerapan
teknologi bersih, yaitu pemanfaatan limbah kembali, mengeliminasi bagian-bagian
proses yang berpotensi menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan, serta
pengolahan dan pengelolaan limbah yang efektif dan efisien.
Bioekonomi
Perkembangan teknologi informasi akan mencapai stagnasi pada 2020, dan saat itu
kemajuan teknologi akan dikendalikan oleh aplikasi bioteknologi yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi (bio-based-economy). Untuk mengantisipasi hal ini, AS kini
telah memetakan empat pilar perkembangan bioteknologi yang akan mendominasi
pada
dekade akan datang. Keempat pilar tersebut adalah pengembangan bioteknologi di
bidang perawatan kesehatan (health care), pertanian, industri (energi dan
biokatalis) dan lingkungan.
Indonesia yang mempunyai sumber bahan baku biologis melimpah, harus mulai
memetakan kegiatan yang mengarah pada pengembangan bioteknologi pada empat
bidang tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi agar nantinya Indonesia tidak
hanya sebagai target pasar saja, melainkan punya kemampuan untuk
mengembangkannya dan sekaligus ikut terlibat dalam penguasaan
bio-based-economy.
Oleh karena itu, pengembangan dan penerapan bioteknologi ke depan diarahkan
dalam kerangka empat pilar pengembangan bioteknologi masa depan.
Dalam dekade terakhir ini, sejumlah penemuan di bidang bioteknologi telah mampu
memecahkan persoalan serta memberikan keuntungan di berbagai bidang, Di bidang
kesehatan, misalnya, penerapan bioteknologi telah mampu menciptakan
produk-produk seperti antibiotik, vaksin, hormon, maupun pengetahuan untuk
terapi gen. Terapi gen memberikan harapan bagi penyembuhan penyakit yang
sebelumnya tidak dapat disembuhkan seperti diabetes melitus, kanker, AIDS, dan
penyakit kelainan genetika lainnya.
Sebanyak 120 obat dan vaksin yang diproduksi melalui aplikasi bioteknologi
sudah
ada di pasar global, dan sekitar 350 calon obat baru saat ini masih dalam taraf
uji akhir klinis di AS dan Kanada. Di samping itu perkembangan material di
bidang kesehatan telah banyak memanfaatkan biopolimer, misalnya untuk benang
jahit dalam operasi, karena jauh lebih aman (mudah terbiodegradasi).
Penerapan bioteknologi di bidang pertanian dan pangan telah mampu meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk pertanian antara lain tanaman tahan hama, tahan
stres, tahan kekeringan, tanaman dengan kandungan nutrisi yang tinggi dan
sebagainya. Bioteknologi juga telah mampu menciptakan bibit unggul, varietas
tanaman unggul, biopestisida dan pupuk hayati yang ramah lingkungan.
Strategi pengembangan
Beberapa strategi yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil sebagaimana
tersebut
di atas adalah: Melakukan kajian terhadap kebijakan yang terkait dengan pangan,
energi, obat-obatan, produk industri berbasis agro serta penggunaan teknologi
bersih baik di tingkat nasional, regional maupun global, terutama pada
negara-negara yang merupakan pemain utama di bidang pangan, energi,
obat-obatan,
dan industri berbasis agro.
Evaluasi
terhadap potensi pasar (tingkat kebutuhan nasional, regional maupun
dunia, volume ekspor/impor, kapasitas produksi), dan potensi sumber bahan baku
terbarukan yang mempunyai nilai kompetitif. Bahan baku itu harus tersedia dalam
jumlah besar dengan harga yang relatif masih menguntungkan.
Inventarisasi
terhadap semua potensi bioindustri nasional, mengidentifikasi
segala permasalahan yang dihadapi, di antaranya produk yang dihasilkan,
teknologi yang saat ini digunakan dan kemungkinan peningkatan efisiensi
prosesnya.
Melakukan pengembangan/inovasi baru teknologi dan/atau pengembangan teknologi
yang sudah ada sehingga dapat diterapkan di Indonesia untuk menghasilkan
produk-produk baru dengan memanfaatkan sumber bahan baku terbarukan yang ada,
dengan tetap memerhatikan nilai-nilai kelestarian lingkungan.
Secara umum dari
hasil analisis kebijakan yang menyangkut pangan dan produk
industri berbasis agro, dari negara-negara ASEAN maupun negara utama penghasil
produk pangan dan produk industri berbasis agro (AS dan RRC), menunjukkan
sejumlah negara (AS, RRC, Thailand) telah memberikan perlindungan terhadap
industri-industri yang terkait dengan kedua komoditi tersebut di atas. Misalnya
untuk produk enzim protease (70% pasar enzim dunia adalah enzim protease) yang
berasal dari Thailand telah masuk ke Indonesia dengan harga bersaing dan
kualitas tinggi. Demikian juga dengan produk-produk lain yang berasal dari AS,
Jepang, dan China, misalnya makanan suplemen, asam laktat, dan sebagainya.
Hasil inventarisasi terhadap potensi bioindustri nasional, sejumlah bioindustri
yang masuk kelompok industri kecil dan menengah menghadapi kendala terhadap
masih rendahnya efisiensi proses produksinya dan kualitas dari produk akhir
yang
masih kurang memadai. Mereka juga kesulitan mendapatkan tambahan modal untuk
meningkatkan kapasitas produksinya. Dalam kaitan ini, perlu dibuat suatu sarana
dan atau lembaga untuk merangkum semua permasalahan dan memberikan jasa
konsultasi untuk membantu memecahkan permasalahan tersebut. Rekomendasi
perbaikan proses dan inovasi produk serta hasil evaluasi potensi pasar dapat
dijadikan dasar pengajuan tambahan pendanaan untuk meningkatkan kapasitas
produksinya.
Permasalahan pada bioindustri skala besar, sejauh ini adalah masih
diperlukannya
peningkatan efisiensi melalui pendekatan teknologi rekombinan dengan
memanfaatkan GMM (Genetic Modified Microorganism) sehingga lebih efisien, serta
permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah industrinya. Dalam hal ini
diperlukan perbaikan proses yang lebih ramah lingkungan serta peningkatan
efisiensi proses dengan pemanfaatan GMM sembari tetap memperhatikan nilai-nilai
kelestarian lingkungan.
Hasil-hasil
identifikasi tersebut di atas masih bersifat umum, dan untuk
mengetahui potensi bioindustri nasional yang mencakup produk yang dihasilkan,
status teknologi yang digunakan serta permasalahan-permasalahan yang di hadapi
secara lebih akurat dan aktual perlu dibuat suatu jaringan komunikasi di antara
pelaku-pelaku yang bergerak di bidang bioindustri dari skala kecil, menengah,
dan besar.
Di bidang
industri, penerapan bioteknologi telah mampu menghasilkan sumber
energi terbarukan menjadi lebih efisien dan efektif (etanol, biodiesel,
hidrogen
yang berasal dari hasil produksi mikroorganisme) dan produksi biokatalis dengan
memanfaatkan galur mikroba rekombinan. Modifikasi genetis tanaman kelapa sawit
telah mampu menghasilkan minyak sawit dengan titik beku yang lebih rendah,
sehingga sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan baku minyak pelumas.
Di bidang lingkungan, bioteknologi menciptakan mikroba yang mampu mengurai
limbah atau tumpahan minyak (oil spill) di laut, dan mengurai kandungan logam
berat dari tanah. Melalui rekayasa genetika, telah diciptakan tanaman
transgenik
tahan hama sehingga akan mengurangi pemakaian zat-zat kimia (antipestisida)
yang
dikhawatirkan merusak lingkungan.
Inovasi ke depan
Di masa depan,
bidang bioteknologi akan menciptakan produk atau proses yang saat
ini masih dalam pengembangan, antara lain terapi gen. Terapi gen adalah
pengobatan penyakit yang disebabkan karena kelainan genetik. Terapi ini
dilakukan melalui transplantasi sel-sel yang mengandung gen normal atau gen
yang
sudah diperbaiki pada organ-organ yang mengalami degenerasi. Target terapi ini
adalah agar sel-sel yang diimplantasikan, yang mengandung gen normal, akan
menggantikan sel yang sudah rusak. Pada gilirannya gen baru mampu memproduksi
protein berupa hormon atau enzim yang diperlukan.
Kedua, molecular
farming. Molecular farming adalah penerapan ilmu rekayasa
genetika untuk mengubah tanaman biasa menjadi mesin produksi untuk senyawa
bermanfaat seperti vaksin atau obat dengan biaya yang rendah. Produk yang lebih
dikenal sebagai makanan bervaksin (edible vaccin) ini sedang dikembangkan oleh
beberapa pusat riset dari perusahaan farmasi dan bioteknologi.
Keuntungan
pemakaian tanaman sebagai vektor pembawa vaksin adalah kemudahan
serta biaya yang lebih ekonomis (10 hingga 20 kali lebih murah) dibandingkan
produksi melalui fermentasi mikroba di bioreaktor; tidak memerlukan proses
pemurnian karena siap dikonsumsi; serta terbebas dari kontaminasi unsur patogen
dari manusia atau hewan, sebagaimana vaksin konvensional yang diproduksi pada
kultur sel manusia atau hewan.
Beberapa contoh
lainnya, misalnya tanaman kentang yang telah disisipi gen yang
memproduksi antidiarrhea dan kentang transgenik yang mengandung gen untuk
produksi vaksin hepatitis B. Padi transgenik akan menghasilkan padi dengan
kandungan vitamin A yang cukup memenuhi standar gizi juga sudah diciptakan.
Selain itu, pisang, tembakau, dan tanaman lainnya yang disisipi gen pembuat
antibiotik, hemoglobin bahkan bahan kimia seperti fuel, plastic serta lubrican
untuk keperluan mesin dan peralatan, sudah dalam perencanaan penelitian di
badan
riset bioteknologi internasional.
Pengembangan
bioteknologi dalam bidang perawatan kesehatan (health care) akan
mencakup skrining obat, pengembangan teknologi diaknostik yang lebih cepat dan
akurat, pengembangan material baru, dan pharmacogenomics (menciptakan obat baru
yang lebih berkhasiat, karena berdasarkan spesifik gen individu/tidak
menimbulkan alergi dan dapat digunakan untuk menciptakan vaksin yang lebih
spesifik untuk tiap individu).
Pengembangan
bioteknologi di bidang pertanian dan pangan diarahkan untuk
menghasilkan komoditas pertanian yang mempunyai produktivitas lebih tinggi,
lebih resistan terhadap hama dan penyakit dan dapat menghasilkan produk yang
mempunyai nilai nutrisi tinggi. Kegiatan riset pada tanaman hutan dilakukan
untuk menciptakan tanaman yang tumbuh lebih cepat dan tahan terhadap penyakit
dan stres serta peningkatan kandungan dan/atau penurunan kandungan lignin dalam
kayu.
Peningkatan kualitas pangan diarahkan untuk perbaikan gizi, peningkatan
kualitas, misalnya kandungan senyawa antioksidan, dan produksi vaksin baru.
Makanan fungsional telah menjadi fenomena baru yang banyak diminati dan
dikembangkan untuk diaplikasikan pada skala komersial. Di samping itu juga
telah
mulai dikembangkan produksi makanan yang aman, yaitu dengan menghilangkan gen
pengode protein yang menyebabkan alergi.
Pengembangan
bioteknologi di bidang peternakan banyak diarahkan untuk
peningkatan kualitas daging (penurunan kandungan lemak), pemanfaatan hewan
sebagai pembawa (vektor) vaksin, misalnya susu sapi yang mengandung vaksin,
atau
telur ayam yang mengandung vaksin flu. Sedangkan untuk bidang perikanan telah
mulai dikembangkan jenis-jenis ikan yang mempunyai pertumbuhan tinggi dan tahan
pada lingkungan yang kandungan unsur oksigennya relatif rendah.
Beberapa
penerapan bioteknologi untuk industri dan lingkungan di antaranya pada
industri kimia, sebagai sumber daya biokatalis untuk memproduksi senyawa baru,
mengurangi limbah dan membuat materi kimia yang lebih murni. Sedangkan pada
industri petrokimia, untuk mengurangi dampak produksi plastik dan meningkatkan
proses recycling. Selanjutnya pada industri kertas untuk meningkatkan proses
produksi, melalui pemakaian enzim akan menurunkan limbah beracun yang
dihasilkan
dari proses pembuatan pulp. Sementara untuk industri tekstil pemanfaatan enzim
pada proses dying dan finishing akan mengurangi pencemaran lingkungan. Di
samping itu, enzim telah banyak dimanfaatkan pada industri detergen sebagai
bioaktif.
MATERI
2
Kebijakan pembangunan nasional dalam tataran pelaksanaan
otonomi daerah secara efektif dan efisien perlu didukung oleh pemantapan
perencanaan pembangunan daerah secara integrated; menyeluruh dan
terpadu. Oleh karenanya, penentuan arah kebijakan pembangunan yang digariskan
dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah ataupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah harus dirumuskan dengan selalu mempertimbangkan kondisi, potensi,
permasalahan, dan kebutuhan nyata daerah tanpa mengabaikan aspirasi masyarakat
yang tumbuh dan berkembang di daerah tersebut. Selain itu, kebijakan daerah
juga harus merujuk pada kebijakan nasional baik yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional maupun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional.
Ranah
Kebijakan Perikanan dan Kelautan
Kebijakan untuk melakukan pengembangan sektor perikanan,
baik air tawar maupun laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan
suatu keniscayaan di samping pengembangan sektor pertanian. Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan antara lain: pertama bahwa sektor tambang tidak bisa
diharapkan menjadi sumber pendapatan asli daerah dalam waktu yang lama karena
barang tambang bukanlah sumberdaya alam yang bisa diperbaharui. Meskipun timah
sekarang masih dapat diandalkan, akan tetapi Bangka Belitung tidak bisa
selamanya bergantung pada keberadaan timah tersebut. Kedua, lahan-lahan pasca
tambang yang membentuk kolong-kolong air tawar memerlukan sentuhan agar bisa
diberdayakan menjadi lahan produktif. Salah satu kegiatan yang dapat berperan
di sana adalah pengembangan sektor perikanan budidaya air tawar. Ketiga, selain
ketersediaan lahan pasca tambang yang dapat dikembangkan perikanan air tawar,
Bangka Belitung juga merupakan daerah kelautan yang berpotensi untuk
pengembangan budidaya air laut serta eksplorasi potensi lainnya. Keempat,
potensi hayati perikanan dan kelautan masih minim belum tersentuh oleh
teknologi yang dapat meningkatkan nilai jual (added value) dari
komoditas tersebut. Oleh karena itu, pengembangan perikanan laut maupun
bioindustri dapat menjadi salah satu fokus kebijakan perikanan dan kelautan
Bangka Belitung. Terkait dengan revitalisasi kebijakan perikanan dan kelautan
berbasis bioindustri, hal ini penting sebagai suatu bentuk revolusi kebijakan
yang selama ini hanya terpusat pada aspek produksi, tanpa memperhatikan
pentingnya sentuhan teknologi dan industri pada komoditas tersebut. Padahal,
aspek teknologi dan industri merupakan suatu ujung tombak dalam peningkatan
nilai ekonomi dan nilai gizi produk. Beberapa hal di atas dapat menjadi
pertimbangan pengembangan sektor perikanan dan kelautan sebagai kebijakan
sekarang dan di masa yang akan datang.
Bioindustri
Berbasis Bioteknologi
Bioteknologi dapat dikatakan sebagai salah satu cabang
ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini. Pada sekitar awal abad
ke-21, teknologi biologis yang dikenal dengan istilah bioteknologi telah
berkembang mengimbangi teknologi informasi. Bioteknologi seperti mesin ajaib
yang mampu melakukan berbagai proses penting dalam dunia industri di berbagai
bidang di antarnya bidang kesehatan, pangan, perikanan dan kelautan, pertanian,
termasuk lingkungan.
Bioteknolgi merupakan suatu bentuk kajian atau ilmu yang
mempelajari pemanfaatan atau penggunaan agen biologis baik uniseluler maupun
multi seluler dalam ruang lingkup jaringan atau organ, seluler, dan molekuler
yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalah yang dihadapi
manusia. Seiring meningkatnya populasi manusia, maka kompleksitas permasalahan
yang alami manusia semakin bertambah. Jumlah penduduk yang meningkat terkadang
tidak diikuti dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, maupun
papan. Selain itu, kerusakan lingkungan dan kesehatan juga turut menjadi
permasalahan yang dihadapi manusia sekarang ini. Oleh karenanya, bioteknologi
berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut melalui
pendekatan biologis.
Dalam kontekstual perikanan dan kelautan, penerapan
bioteknologi masih belum berkembang pesat apabila dibandingkan dengan bidang
pertanian. Padahal, jika merunut pada sebuah catatan sejarah dan fakta nyata
bahwa Indonesia merupakan negeri maritim, negerinya pada nelayan dengan luas
perairan mencapai ¾ bagian dari luas wilayah teritorial dengan garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu 81.000 km. Selain itu, luas
wilayah laut atau perairan yang dimiliki Indonesia seluas 5,8 juta km2 dihuni
oleh lebih dari 2.000 jenis ikan; 850 jenis sponge, 910 jenis
koral, dan 4.500 jenis ikan karang atau 20% jenis ikan dunia. Potensi keragaman
hayati atau biodiversitas yang begitu besar menjadikan Indonesia dikenal
sebagai mega-biodiversity country. Pengembangan sektor perikanan
dan kelautan masih memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan di masa depan
serta penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan dan kelautan merupakan
tantangan bagi Indonesia dalam mengeksplorasi kekayaan perikanan dan kelautan.
Bioteknologi
perikanan dan kelautan dapat dipandang sebagai salah satu bagian terintegrasi
dalam rangka melakukan revolusi biru. Beberapa produk bioteknologi perikanan
dan kelautan telah membawa perubahan cara pandang kebanyakan orang yang
berorientasi pada daratan (land oriented) menjadi berorientasi perikanan
dan kelautan (fisheries and marine oriented). Beberapa produk hasil
bioteknologi dari bidang perikanan dan kelautan antara lain karagenen, agar,
dan alginat telah cukup banyak digunakan secara luas dalam industri makanan
atau minuman, non makanan dan minuman; produk-produk fermentasi yang dapat
meningkatkan kemampuan cerna zat gizi dalam tubuh dan memperpanjang daya awet
produk di pasaran; obat-obatan yang berasal dari ekstrak teripang, rumput laut, sponge,
dan sebagainya; berbagai bahan bioaktif yang terdapat dalam biota laut seperti
hormon, protein, dan sebagainya yang dapat digunakan dalam bidang industri
farmasi dan kosmetik; produk-produk ekstraksi lainnya seperti
albumin, fikosianin; hingga beberapa produk hasil samping yang sangat berguna
seperti insulin dari pankreas ikan, protamin dari gonad ikan, skualen yang
banyak terdapat pada minyak hati ikan, dan masih banyak lagi produk-produk
bioteknologi berbasis hasil perikanan dan kelautan yang dapat didesain dalam
rangka menyelesaikan permasalahan yang timbul di masyarakat.
Ekonomi
Bioindustri
Penerapan bioteknologi pada bidang perikanan dan kelautan
jangan hanya dipandang dari segi keilmuan dan saintis saja, tetapi apabila
dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar bagi
Bangsa Indonesia. Besarnya potensi ekonomi yang bisa dihasilkan dari produk
bioteknologi perikanan dan kelautan bisa dilihat dari keberhasilan Amerika
Serikat. Negara Paman Sam ini mampu menghasilkan sekitar US$ 40 miliar dari
sektor industri bioteknologinya. Padahal, kekayaan keanekaragaman hayati
sumberdaya laut Amerika tidaklah sebesar apa yang dimiliki Bangsa Indonesia.
Kemampuan Bangsa Amerika dalam mengelola dan menajukan bidang bioteknologi
perikanan dan kelautan telah membuktikan bahwa industri ini memang mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian negaranya.
Bagaimana dengan pengembangan bioindustri berbasis
bioteknologi pada sektor perikanan dan kelautan Indonesia pada umumnya dan
Bangka Belitung khususnya? Jika ini menjadi pemikiran bersama, barangkali kita
bisa maju tanpa mengandalkan timah. Semoga revitalisasi kebijakan perikanan dan
kelautan berbasis bioindustri menjadi sebuah kenyataan.
Note : Disampaikan dalam mata kuliah Bioteknologi